Agustus 01, 2017

Melihat Sisi Lain Kebahagiaan


Hidup yang diinginkan oleh manusia adalah bahagia, merasakan kebahagiaan. Lalu kebahagiaan yang seperti apa yang dicari oleh tiap individu? Bagaimana cara mencari kebahagiaan? Jika tidak dicari apakah kita bisa menciptakannya sendiri?.

Kebahagiaan adalah salah satu tujuan yang dicari oleh tiap individu di dunia. Tapi pada kenyataannya kebahagiaan punya standarnya masing-masing. Mengapa? Pada suatu hari saya pernah mengobrol dengan salah satu pegawai kantor yang memiliki jobdesk menjaga kebersihan tiap sudut kantor kami dari berbagai macam jenis debu. Di sudut toilet kantor, kami bertemu di lorong, say hai dan terjadilah obrolan kecil. Sebut saja Pak Joko namanya. “Pak, pernah bosen gak pak kerjaannya begini-begini terus?”, iya pernah mba, namanya juga kerja ya mba kadang ada rasa bosennya, tapi ya inget lagi, wong sudah tanggungjawabnya. Terus Pak Joko itu orangnya sumringah terus kalo saya lihat, gak pernah gak senyum pak, kayaknya tuh tiap hari bawaannya bahagia terus deh bapak, apa sih pak Rahasianya?. Seketika itu dia tertawa terbahak bahak. Lha ini mbak yang bikin saya tiap hari bahagia, ketemu mbak yang selalu nyapa, ketemu anak-anak muda dikantor, jadi kerja tuh ga berasa mba, yang paling penting bersyukur mba. Udah bersyukur saja mba, manusia pasti punya ujian kan ya mba, tapi tak bawa santai saja mba, Alloh kasih jalan keluar pasti mbak". Singkat cerita, diakhir obrolan kami Pak Joko membuat hati saya jadi makpyarrr, plong banget deh sama nasihatnya.

Lain lagi sama satu temanku yang udah jelas dia punya posisi enak di kerjaannya, ide, keratifitasnya bahkan ga pernah padam buat menghasilkan karya yang dibayar, dibayar dengan penghargaan dan juga nominal, bahkan incomenya perbulan bisa buat dia umroh satu orang, tapi pada akhirnya dia memutuskan resign, padahal kalo aku liat secara permukaan, jelas udah punya masa depan enak kan. Kapan lagi bisa kerja sesuai dengan bidangnya, idenya kepake, dibayar pula. Guys, ternyata apa yang kita lihat enak, mudah, menyenangkan tak sebahagia kenyatannya. Walau secara income bisa dibilang cukup besar, walau ide dan gagasan terpakai, itu sebanding dengan pressure, waktu, usaha, pikiran yang juga dikeluarkan. Jadi, hampir 24 jam hidupnya di habiskan di kantor demi mengerjar target dan memenuhi permintaan client. Iya pasti ada rasa bangga, puas dan senangnya kala client merasa keinginannya terpenuhi dan juga senang kala sms banking berbunyi. Tapi yang amat sangat dirasakan adalah kenyamanan hati. Dimana lingkungan kerjanya tak senormal lingkungan kerja budaya orang ketimuran, dimana waktu untuk menghadap kiblat saja harus pake acara colong-colongan, dan lebih sedihnya lagi sampai gak punya waktu quality time sama dirinya sendiri, keluarga, sahabatnya dan yang paling ngenes, gak ada waktu buat usaha cari jodoh hidupnya. Ya, hidupnya bagaikan terkurung dalam dunia yang sudah terkotak-kotak yang amat sangat membosankan. Mungkin bagi sebagain orang bisa menikmati kehidupan malam yang penuh gerlap, adalah sesuatu hal yang gaul, wah, punya kelas sosial yang beda. Tapi jelas jawabannya tidak, justru disinilah dia merasa kehilangan waktu untuk merasakan kehidupan sosial yang normal, dan seringkali mengalami stressing, walau pundi-pundi keuangan terlihat melimpah.

Well, ketika kita sedang dalam posisi yang terasa gak nyaman, dalam posisi yang sedih, posisi yang jatuh, sepi, tidak ada sandaran untuk bercerita, nikmatilah. Karena kebahagiaan itu rumusnya adalah self acceptance (penerimaan diri), terimalah diri kita sendiri apa pun kondisi yang sedang dialami. Jangan pernah mengelak, jangan pernah lari, walau kita punya benteng dan punya cadangan spirit segudang tapi ketika diri yang paling jujur ini sedang decline dan kita paksakan untuk tersenyum, itu hanya akan membuat batinmu semakin sakit dan terluka. Menangislah, jika dirimu spontan membutuhkan itu, karena menangis tak selalu menjadi simbol lemah, karena menangis sesungguhnya ekspresi kuat diri ini menumpu beban yang sedang kita rasakan, tanpa ingin menyeret orang lain merasakannya juga, terimalah nikmatilah apa yang sedang terjadi oleh fase hidup ketika itu datang dan kamu harus melaluinya dengan sempurna. Sempurna yang kamu bisa, sempurna yang kamu mampu, tak perlu memaksakan menjadi sesempurna tanpa keluhan. Mengeluhlah pada TuhanMu selama kau membutuhkannya, datangilah, peluklah, dekatilah dengan sepenuh hati, sepenuh hati kau meminta petunjukNya, sepenuh hati kau menginginkan perlindunganNya, sepenuh hati kau meminta kekuatanNya untuk terus bisa bangkit, tumbuh, berkembang menjadi diri sendiri.
Hingga pada akhirnya kita tersadar, kekalahan, duka, kegagalan, sakit hati, bertepuk sebelah tangan, kerinduan, beban, luka, jatuh yang amat sakit, kesia-siaan, keburukanlah yang kini bisa membuatmu positif. Bersyukurlah untuk semua fase yang sedang dilewati, bersabarlah dalam melewatinya, semua memang tak akan ada yang mudah. Berterimakasihlah pada diri sendiri untuk terus mampu dan mau kuat menuju matang.

Jika pun masih ada yang dengan sengaja maupun tak sengaja mencelamu, mencecarmu, bahkan, menjauhimu, bahkan meninggalkanmu karena ini, itu tak semata-mata karna kesalahanmu. Justru dari sini kamu menjadi tahu, mana jiwanya yang tulus, mana hatinya yang murni tetap setia mendampingimu, menemanimu, berjalan untuk terus bersama menuju baik. Maklumilah mereka yang kini tak bisa, yang kini tak sempat, yang kini tak mau, yang kini tak mampu, yang kini dengan sengaja tidak menganggapmu lagi, maklumilah, mungkin kita memanglah yang lupa. Lupa jika kebahagiaan itu hadir karena kita mampu menerima, jadi terimalah apa yang sedang terjadi. Lupa jika kebahagiaan nyatanya tak selalu tentang menghadirkan canda, tawa, tapi juga tentang air mata.

Juli 25, 2017

RELATIONSHIP



Dalam dunia pekerjaan, ada banyak pemutushubungan yang dilakukan baik secara sepihak atau juga secara kedua belah pihak baik ilegal maupun legal. Banyak juga alasan yang melatarbelakangi pemutushubungan tersebut, diantaranya karena data analis yang mengharuskan me-layof sekian persen empolye-nya untuk efisiensi biaya operasional, perusahaannya sedang mengalami financial distress, harga saham perusahaannya sedang turun, atau produk perusahaan yang kini kalah eksis dengan kompetitor, dan masih banyak faktor lainnya. Ada juga employe yang memang dengan keinginan sadarnya ingin mengundurkan diri dengan berbagai alasan juga, seperti karena sudah mendapatkan pekerjaan yang baru, karena sudah jenuh, karena gaji tak kunjung naik, karena ikut suami, karena ingin fokus membangun usahanya sendiri dan alasan yang lainnya. Dan jangan salah ada juga yang semena-mena kabur menghilang tanpa kabar bagaikan ditelan bumi begitu saja tanpa ada ijin ke atasan perusahaannya. Yang intinya antara kedua belah pihak baik itu perusahaan yang memang harus segera mengambil kebijakan atau dari sisi si employe nya sendiri yang sudah merasa tidak cocok lagi.

Dalam interpersonal relationship atau hubungan antar manusia pun begitu. Baru-baru ini sepertinya sedang trend sekali ya, menjalin pacaran yang usia hubungannya sudah tahunan seperti KPR-an atau kredit mobil, tapi ditengah perjalanannya terterpa sedikit goncangan, entah dihempas badai taufan, entah besar pasak daripada tiang, entah terlena dengan yang lainnya yang  pada akhirnya, berakhir atau di jual agar bisa alih kredit atau cari yang baru. Ya mungkin itu juga salah satu kebijakan yang memang harus di ambil untuk meminimalisir efek financial distress.

Nah, kini trend tersebut juga terjadi di kalangan orang yang sedang menjalin relationship. Kenapa trend? Ini sebenarnya cuma kesimpulan subjektif saja sih, karena akhir-akhir ini ada banyak teman yang curhat colongan kisah cinta temannya, saudaranya dan bahkan dirinya sendiri yang ditinggal kekasih hati setelah sekian lama menjalin intimate relationship dengan pasangan yang dicintainya dan jadi viral di media sosial. Turut sedih kalau mendengar hal kaya gini. Dan kisah cinta yang bertepuk sebelah tangan yang seperti ini, kini juga sudah semakin wajar untuk menjadi viral di media sosial. Menurut saya sah sah saja dan gak lebay kok, karena ketika berbagi dengan cara yang positif tentunya akan banyak membawa dampak positif juga bagi diri si pencerita dan si pembaca, dan orang-orang yang demikian itu orang yang memiliki kerelaan hatinya berbagi pengalamannya dengan pembaca agar dijadikan pembelajaran buat kita semua ( itu pendapat saya J ). Bicara soal ruang privacy di media, yang mengendalikan sebenarnya adalah diri kita sendiri. Jika memang kisahnya dengan sengaja ingin dia ceritakan dengan style nya sendiri dan cara yang baik ya tidak masalah kan.

Balik lagi ke point relastionship ya, menurut kalian apa sih yang menyebabkan relationship yang sudah tahunan kandas ditengah jalan?. Tentunya banyak alasan yang menjadi dasar untuk mengakhiri sebuah relationship. Dan tentunya hal demikian ini juga bukanlah sebuah impian dalam menjalin hubungan.

Akan ada banyak hal yang bisa melatarbelakangi mengapa seseorang menjalin sebuah relationship menjadi intimate relationship dan pada akhirnya kandas. Menurut Irwin Altman dan Dalmas Taylor ketika suatu hubungan tertentu antar individu menjadi berkembang,  maka komunikasi akan mengalami pergeseran dari asalnya yang dangkal atau tidak intim, menjadi lebih personal atau lebih intim, disitulah individu sedang menjalankan apa yang disebut Social Penetration.

Nah intimate relationship bisa terjadi jika masing-masing individu melakukan pembukaan diri (self disclosure). Dalam membuka diri biasanya kita akan mengawalinya dengan pembicaraan yang sifatnya ringan, pembicaraan yang sifat mengungkapkan perasaan terhadap apa yang sedang ia rasakan. Selain itu juga memberikan komentar, tanggapan, pendapat terhadap apa yang dilihatnya satu sama lain. Membuka diri tidak sama dengan mengungkapkan detail-detail intim dari masa lalu kita. Orang lain mengenal diri kita bukan dengan mengetahui masa lalu kita. Melainkan dengan mengetahui cara kita bereaksi. Masa lalu hanya berguna untuk menjelaskan perilaku kita di masa kini saja.

Dalam sebuah hubungan biasanya akan sering terjadi obrolan-obrolan yang sifatnya personal, dan juga universal. Hal ini dilakukan tidak hanya melalui tatap muka saja, biasanya jika sudah ada motif ke arah yang lebih dalam, obrolan ini akan dilanjutkan ke berbagai media yang sifatnya lebih privasi, via message, dan media sosial lainnya yang sifatnya pribadi. Dan ini berangsur dalam ritme yang sering.

Self disclosure juga bersifat menular. Jika diri kita dengan rela terbuka mengungkapkan diri kita kepada orang lain, biasanya kita juga akan mendapatkan feedback yang sama dari orang tersebut. Penetrasi biasanya akan berlangsung dengan cepat, tapi lama-lama juga akan melambat. Mengapa?, hal ini bisa terjadi karena lapisan terdalam diri kita sudah tersentuh sehingga akan mengalami sedikit ketegangan entah nantinya akan terjadi konflik dalam batin diri kita sendiri atau konflik pada cara komunikasi kita. Namun ketika kedua orang tersebut dapat mengatasinya dengan baik dan masih memiliki goals dalam diri masing-masing, hubungan akan berlanjut lama dan semakin baik.

Proses yang berangsur-angsur tersebut akan menimbulkan depenetrasi. Hubungan yang erat akan rusak ketika hal yang awalnya di bagi dengan sukarela menjadi di tutup-tutupi. Pembukaan diri memiliki beberapa manfaat. Pertama, pembukaan diri merupakan dasar bagi hubungan yang sehat antara dua orang. Suatu hubungan tidak akan berlanjut apabila tidak adanya keterbukaan. Hal ini menunjukkan pentingnya mengetahui satu sama lain.

Kedua, semakin kita bersikap tebuka terhadap orang lain, semakin orang lain tersebut menyukai diri kita. Seperti yang telah dijelaskan bahwa self disclosure bersifat menular. Apabila kita membuka diri kita terhadap orang lain maka orang tersebut akan melakukan hal yang sama terhadap kita. Ketiga, orang yang mau membuka diri terhadap orang lain terbukti memiliki sifat-sifat berikut: kompeten, ekstrovert, fleksibel, adaptif, dan inteligent, yakni sebagian dari orang yang matang dan bahagia. Keempat, membuka diri berarti bersikap realistis. Maka pembukaan diri kita haruslah jujur, tulus ikhlas dan ada bukti autentiknya. Apabila mengungkapkan diri dengan memanipulasi informasi yang diberikan, itu bukanlah pembukaan diri.

Nah masalahnya, tidak semua individu memiliki self concept atau konsep diri yang baik dan tidak semua orang memiliki kemampuan dalam memanage konflik dalam sebuah hubungan. Sehingga untuk memelihara hubungan yang baik tentunya ada peran “di” dan “me” ada juga peran “saling me” dan “saling di“ seperti misalnya mengayomi dan diayomi. Tidak selamanya perempuan itu diayomi juga sebaliknya. Semua itu tergantung situasi dan kondisi. Kita harus paham betul, konsep mengayomi, menghargai, menghormati dan memahami satu sama lain. Hubungan tidak akan berjalan baik jika keegoisan dalam diri masing-masing masih terus dibiarkan tumbuh menguasai diri.

Kita juga perlu menggarisbawahi untuk menjalani sebuah hubungan yang baik, perlu adanya juga yang namanya komunikasi yang efektif. Yang di dalamnya selain terdapat keterubukaan (openess), juga harus ada yang namanya empati (empathy), dukungan satu sama lain (supportiveness), rasa positif (possitiveness), kesetaraan (equality). Dan kesemua itu harus sama-sama disadari dan dilakukan oleh masing-masing individu yang menjalani intimate relatioship bukan hanya salah satu saja yang sadar dan mempraktikannya. Jika sudah menjalin hubungan dalam waktu yang sangat lama, sudah mencintai kekurangan dan kelebihannya dengan sepenuh hati, namun ditengah perjalanan kita tidak mendapatkan hal yang setara, bolehkah kita bersedih hati? Bolehkah kita merasa menyesal? Bolehkah kita merasa dipertemukan dengan orang yang salah?. Boleh kok, tidak apa-apa yang penting jangan terlalu larut dalam kesedihan. Dirimu juga butuh terapi, butuh proses untuk kembali ke perasaan dan logika yang normal. Bersyukurlan masih ditunjukkan di waktu tepat, bersyukurlah tidak dikhianati terlalu lama. Bersyukurlah kita diberikan kesempatan untuk belajar. Dirimu juga butuh bahagia dengan orang yang mau sama-sama membahagiakan satu sama lain. Dirimu juga butuh seseorang yang sama-sama mau diajak berjuang dalam duka maupun suka. Dirimu juga berhak medapatkan seseorang yang mau setia pada satu hati, bukan untuk mendua. Jika pengkhianatan adalah balasan atas kesetiaanmu selama ini, kini saatnya kamu berhak mendapatkan kebebasan hati untuk membuka hati yang baru bertemu dengan seseorang yang hanya punya satu hati untukmu saja.

Kata banda neira “Badai Tuan telah berlalu. Salahkah ku menuntut mesra?. Tiap pagi menjelang Kau di sampingku Ku aman ada bersama mu. Selamanya Sampai kita tua Sampai jadi debu. Ku di liang yang satu Ku di sebelahmu. Badai Puan telah berlalu. Salahkah ku menuntut mesra?. Tiap taufan menyerang Kau di sampingku Kau aman ada bersama ku. Selamanya Sampai kita tua Sampai jadi debu Ku di liang yang satu Ku di sebelahmu.

Ya karena tidak ada salahnya kita menuntut mesra pada pasangan, tidak ada salahnya kita menuntut setia, tidak ada salahnya kita menuntut untuk memberi ruang hanya untuk satu hati saja. Karena pasangan yang benar-benar mencintaimu tidak akan pernah merasa tertuntut akan hal itu. Karena pasangan yang benar-benar mencintaimu tidak akan pernh merasa berat untuk berkorban dan berjuang bersama-sama. Karena pasangan yang benar-benar mencintaimu tidak akan pernah membiarkan konflik terus berjalan panjang. Karena pasangan yang benar-benar mencintaimu tidak akan pernah rela kau jauh darinya dalam waktu yang lama. Karena pasangana yang benar-benar mencintaimu tidak akan pernah membiarkanmu sedih yang tak berkesudahan. Karena pasangan yang benar-benar mencintaimu akan menuntunmu berjalan bersamaan, bukan membiarkanmu terombang-ambing dalam kebingungan. Karena pasangan yang benar-benar mencintaimu akan siap menjadi pemantik cahaya untukmu, kala pelitamu sedang padam. Karena pasangan yang benar-benar mencintaimu tidak akan pernah putus asa untuk terus bersama, karena pasangan yang benar-benar mencintaimu ialah yang tak pernah terbesit sedikit pun untuk mendua hati dan fisiknya. Karena pasangan yang benar-benar mencintaimu tak akan pernah tega membiarkanmu menunggu terlalu lama. Karena pasangan yang benar-benar mencintaimu adalah pasangan yang tak hanya berani mencintaimu saja namun yang berani mempertanggungjawabkan cintanya dihadapanmu, dihadapan semua orang dan Tuhannya. Carilah, Jagalah dan Pertahankanlah pasangan yang sama-sama tidak akan pernah bosan dengan fisik, sifat dan sikapmu sampai menua, karena tujuan utama dari sebuah pertemuan adalah pernikahan. Carilah, Jagalah dan Pertahankanlah pasangan yang sama-sama ingin saling melengkapi, sama-sama ingin saling menyempurnakan satu sama lain, sama-sama ingin saling membahagiakan satu sama lain.


Dan karena pernikahan adalah urusan jangka panjang. Maka jangan dibangun hanya dari rasa suka jangka pendek. Tidak akan cukup bensinnya. Bisa mogok.*Tere Liye*




Juli 13, 2017

Bahagia Itu Sesederhana Kemunculannya yang Tiba-tiba

Di kota yang sudah terlahir istimewa,  10 Juli 2017

Pada pagi hari yang berawan, seperti biasa ku telusuri jalanan kota yang telah terlahir istimewa. Meter demi kilometer aspal terlewati, dan pikiran demi pikiran juga telah melayang jauh kemana-mana menyebrang jalanan lalu lintas. Ditengah-tengah riuhnya klakson mobil dan motor pagi hari memburu waktu, saling bersaut-saut adu keras, terlihat ibu penjaja produk jurnalistik kota dengan senyum tulusnya menawarkan dengan sabar pada pengendara yang berhenti di lampu merah di sebrang jalan sebelah kanan, mengubah isakan tangis menjadi lebih menggugu tertutup slayer dan helm butut.

Merasakan betapa ruginya dipagi hari yang telah belasan menit lalu dimulai dengan isakan yang tak berarti. Merasakan betapa tidak bersyukurnya diri dengan apa yang selama ini telah menjadi keputusan yang diambil sendiri, merasa tak bisa menepati keputusan dengan baik, merasa lelah dengan konsekuensi pahit yang dari awal akan tetap dilakukan walau badai menghadang demi sebuah pengorbanan.

Tak pantas juga rasanya ini disebut pengorbanan, tak pantas juga rasanya ini disebut keputusan yang luar biasa. Coba lihatlah ulang kembali ketulusan ibu tadi, dia bekerja dengan ketulusan, penuh harapan positif terbukti dengan senyuman ikhlasnya. Dan coba lihat diri sendiri, selalu punya alasan untuk terus menggugu meratapi seolah sedang terjebak pada pilihan yang salah.

Kedipan zipping lampu hijau, kembali mengadu pedal gas berburu kecepatan, tak kalah juga dengan minibus entah jalur berapa semangat berburu penumpang setianya, mengagetkan rentetan tiga sepeda motor yang ada dibelakang nya. Saat sigap menggenggam rem lalu pyaarr !!!! seketika lega, bersyukur tombol “pause” dari Nya selalu ada di saat yang tepat. Saat itulah hati mendadak ringan....
Terimakasih Ya Rabb !!!

Mei 27, 2017

Untuk yang Kuperjuangkan dengan Penuh Keyakinan

Entah mengapa untuk hal yang satu ini, aku terlalu berhati-hati untuk tidak menargetkannya dalam hitungan waktu. Memang benar juga kata orang-orang yang memiliki prinsip hidup dibawa enjoy aja, ngalir aja, lakukan aja, nikmatin aja yang ada didepanmu sekarang. Dan untuk urusan hati juga begitu, nikmati saja dulu apa yang ada didepanmu.
Pepatah mengatakan Jodoh ditangan Tuhan, dan saya meyakini betul akan hal ini, sama juga saya dengan meyakininya untuk terus diperjuangkan, agar kelak Tuhan memperkenankannya bergandengan di tangan kita.

Wahai calon penyempurna agamaku. Aku adalah perempuan yang biasa-biasa saja. Tak berupa ayu nan mempesona. Jika yang kau cari adalah yang cantik indah menawan parasnya, itu jelas bukan aku. Jika yang kau cari adalah yang lihai memacak ayu berpoles make up mahal, juga jelas bukan aku orangnya. Aku hanyalah perempuan yang biasa saja, yang hanya bisa tampil apa adanya aku, yang hanya bisa merawat dan menjaga apa yang Tuhan berikan padaku dengan apa adanya bukan dengan perawatan yang serba ber-merk lagi mahal.

Wahai calon penyempurna agamaku. Aku bukanlah perempuan yang berpenampilan fashionable ala wanita karir, aku juga bukanlah perempuan yang setiap hari menjaga wajah dengan make up tebal, bukan juga perempuan-perempuan yang eksis berkelana di media sosial, bukan juga perempuan yang hobi traveling tiap weekend tiba, bukan juga pelanggan kedai mahal dan terkenal dikalangan anak muda, apalagi yang fasih menyebut cafe-cafe hits ala anak kota, apalagi fasih menyebut makanan-makan western mancanegara, apalagi fasih menghafal lagu artis mancanegara. Jika yang kau cari yang demikian itu, jelas bukanlah aku. Aku hanyalah perempuan biasa saja, yang jauh dari kata glamour, hits, eksis, apalagi rajin melapor lokasi terbaruku saat ini di media sosial. Jika aku tak demikian, bukan berarti aku tak bisa bergaul, bukan juga berarti aku tak UpToDate, mungkin karena selera bergaulku tidaklah sama dengan lainnya. Tapi jika yang kau inginkan yang demikian, jelas bukan aku orangnya.

Wahai calon penyempurna agamaku. Aku bukanlah perempuan yang pandai ber-selfie didepan kamera, juga bukan perempuan yang luwes berekspresi kala cahaya lensa sengaja ingin menangkap gaya, juga bukan perempuan yang pede menjadi pusat perhatian orang banyak. Jika yang demikian yang kau cari dan inginkan, jelas itu bukan aku orangnya. Jika aku tak demikian, itu bukan berarti aku yang menutup diri, bukan pula berarti aku tak mempunyai kepercayaan diri. Karena aku memang tak berselera dengan hal yang demikian itu, aku hanyalah perempuan biasa saja, yang biasa berekspresi dibelakang layar, tidak untuk ajang pertontonan orang banyak. Bagiku melindungi diri dan menjaga diri dari komentar tangan-tangan di media sosial ataupun di alam nyata atas tindakan sendiri jauh lebih penting, daripada sengaja berpolah demikian. Namun jika yang kau cari yang demikian itu, jelas bukanlah aku orangnya.

Wahai calon penyempurna agamaku. Jika kau bertanya, dari kalangan mana kau berasal? Atau apakah kamu ada keturunan kalangan A, B, C dan kalangan-kalangan lain yang setara dengan darah biru lainnya. Mohon maaf, dengan penuh syukur dan bahagia kan kutakan darah yang mengalir dalam tubuhku saat ini adalah darah merah dengan kadar hemoglobin normal, yang siap di donorkan bagi yang membutuhkan. Aku hanya berasal dari keluarga yang biasa-biasa saja. Tak ada darah biru, bangsawan maupun turunan ningrat. Namun jika yang kau cari yang demikian, jelas bukan aku orangnya.  Aku hanya berasal dari keluarga yang sederhana yang beruntung di lahirkan untuk hidup bersama dalam kesederhanaan, yang dididik layaknya pribumi lainnya, yang tak memiliki warisan harta berlimpah ruah. Orang tuaku hanya mewarisi agama, pendidikan dan norma-norma untuk bekal selanjutnya.

Wahai calon penyempurna agamaku. Aku hanyalah perempuan yang memiliki selera biasa saja, aku bukanlah pengoleksi tas branded, baju bermerk mahal, make-up endorse artist, juga bukan penikmat sepatu kaca, apalagi gaun ala-ala cinderella. Aku juga bukanlah perempuan yang pandai menge-mix and match baju saat keluar rumah, juga bukan perempuan yang pandai memilih parfum aroma Italia, apalagi hoby mengoleksi permata. Jika aku tak demikian, bukan berarti aku tak memiliki selera berbusana atau bersolek, aku punya selera namun yang tak demikian itu. Jika aku tak mengenakan pakaian dan fashion dengan standar brand yang demikian, itu bukan berarti aku tak peduli dengan penampilan.

Ya aku tahu, fashion adalah salah satu cara kita mengkomunikasikan diri kita kepada khalayak banyak, juga sebagai salah satu media untuk personal branding. Dan aku juga akan memilih cara berkomunikasi dengan caraku sendiri, tapi tidak dengan yang demikian. Aku hanyalah perempuan biasa, yang bagiku menutup aurat adalah prioritas utama, karena bagiku kecantikan perempuan tak dinilai dari se-fashionable apa yang ia kenakan, seberapa mahal dan se-branded apa merk yang ia beli. Bukan, bukan itu, bagiku perhiasan perempuan bukan kalung permata atau gelang berlian yang dikenakan, melainkan yang tak dapat dibeli, tak juga dijual di pasaran, juga tak dapat dinikmati secara massa. Bukan hal hal duniawi yang demikian, justru lebih dari itu, dan tak akan ditemukan di olshop manapun. Jika yang demikian yang kau cari, jelas bukan aku orangnya.

Wahai calon penyempurna agamaku. Aku hanyalah perempuan biasa, yang sedang berusaha bersolek didepan cermin kehidupan, yang hanya ingin berusaha membenahi sikap, tutur dan perilaku di hadapanNya. Aku hanyalah perempuan biasa yang keberadaanku mungkin sulit kau temui dikeramaian, yang keberadaan fisikku juga tak kan sering kau temui di media social. Bagiku bergaul tak melulu soal cafe dikelilingi music mendayu, tak melulu soal berselfie dengan bunga-bunga, tak melulu soal bergaya dengan tas branded, berdiri diatas heels mahal, atau berpose lenggak lenggok wajah miring depan kamera dekelilingi makanan dan minuman ala mancanegara.

Lagi-lagi aku percaya dengan salah satu firmanNya bahwa jodoh kita adalah cerminan diri kita. Karenanya untuk memperjuangkanmu yang kuingin tak hanya menemaniku kala di dunia saja, aku harus mempelajari lebih tentangNya, tentang bagaimana cara untuk terus memperbaiki diri, tentang bagaimana peran adam dan hawa. Agar kelak aku bisa menjadi perhiasaanmu yang abadi yang cantik dimata hatimu bukan karena make up, bukan karena gemerlap pakaian fisik yang kukenakan, bukan karena tas mahal yang aku tenteng, bukan karena permata yang kau lihat, juga bukan sepatu kaca yang membuatku berdiri.

Yang kuinginkan adalah menjadi cantik dimata hatimu satu-satunya karenaNya, akhlak sebagai pakaian ruhaninya, iman dan tuntunanNya sebagai pegangannya, kebeningan hati dan ketulusan adalah permata hatinya dan keyakinan diri untuk berada dijalanNya adalah pijakannya tempatku untuk berdiri teguh dengan iman. Aku tahu untuk menggapai semuanya tak semudah itu, maka aku terus memperjuangkannya. Agar kelak kita dipertemukan untuk saling membahagiakan tidak hanya didunia saja.

Wahai calon penyempurna agamaku. Jika saat ini kita belum dipersatukan, itu karena Dia tahu segalanya yang tepat untuk kita. Dia berikan waktu dan kesempatan pada kita, untuk masing-masing membenahi diri, untuk masing-masing saling mempersiapkan diri, untuk masing-masing saling mengenali kekurangan-kekurangan diri. Agar kelak jika sudah waktunya kita bisa saling melengkapi.
Wahai calon penyempurna agamaku, kala nanti kita dipertemukan, aku yakin kita ada karena memang untuk saling bersama. Aku yakin kita bersama untuk terus saling membutuhkan dan saling menginginkan satu sama lain, untuk menapaki satu persatu tangga kehidupan menuju jannahNya.

Dan jika suatu hari pertemuan kita menimbulkan penyesalan, itu adalah penyelasan yang terjadi karena kita menyesal mengapa kita tak dipertemukan sejak lama, mengapa kita tak dipersatukan sejak dahulu kala, mengapa kita tak bersama-sama membangun diri dalam satu tangga sejak lama, sejak awal kita berjumpa. Mengapa kita tak saling membahagiakan berdua sejak dahulu kala saat kita sama-sama memikirkan untuk saling melengkapi dan menyempurnakan bersama. Cause I Know Two Will be Better if Together, its Perfect.

Wahai calon penyempurna agamaku, semoga kita memang sedang sama-sama menyemogakan dan memperjuangkan hal yang sama. Dan semoga yang ditiap tengadah tanganku, pada segenap kerendahan hati padaNya, yang kusebut namanu adalah sama dengan yang telah Dia tuliskan di Lauhul Mahfudz. Juga pun ketika nantinya kita dipersatukan bukan karena semata-mata saling melihat kelebihan, namun untuk saling melengkapi apa yang tidak ada pada masing-masing diri kita. Dan jika nantinya kita dipersatukan bukan karena pemikiran kita yang sama, hobi dan kesukaan yang sama, latar belakang yang sama, juga bukan karena prinsip yang sama. Aku yakin itu melainkan karena keyakinan kita yang sama. Keyakinan yang sama-sama untuk saling memperjuangkan agar bisa bersama. Keyakinan kita yang sama untuk sama-sama bersedia untuk selalu ada satu-sama lain, bersedia untuk selalu ada dalam penerimaan diri kita satu sama lain. Wahai calon penyempurna agamaku, aku yakin jika diri ini sedang berusaha bermuhasabah dan  mengevaluasi diri juga sedang berbenah diri, aku yakin kamu juga sedang sama-sama berusaha dan berjuang untuk itu, untuk aku kamu dan kita nantinya.

Jika saat ini kita masih berada pada jarak dan waktu yang berbeda, tak mengapa, semoga kita tetap pada satu keyakinan hati yang sama untuk menuju tujuan yang sama. Pada akhirnya diwaktu yang tepat Dia yang akan mempesatukan kita dan tepat pada waktunya dengan segala kehendakNya pada hakikat yang abadi. Dan kupastikan sedianya kini aku sedang berjuang untuk itu dalam penantian yang indah.

Mei 25, 2017

Saat Ini, Aku Sedang Ingin Menantikan Mimpi-Mimpi untuk Hadir dalam Waktu yang Sangat Lama

-Aku dan mimpi-mimpiku yang indah menyatu bertemu pada sekotak hitam, putih dan abu-abu. Lalu hancur, saat aku tersadar, kembali ke kenyataan.-
Kuawali ini dengan kisah dalam sekotak hitam, putih dan abu-abu.
Maafkan aku wahai diriku, yang saat ini masih berusaha keras untuk menghilangkan sosok kecewa. Baru terungkap perasaan yang sungguh mengganggu di pikiran ini, menggulat erat, mengerak hingga merapuhkan hati, yang seharusnya kuat menangkap sinyal-sinyal dan cahaya yang terang.

Kurasa hari demi hari berjalan amat lama, berjalan begitu sangat membosankan, terasa pahit dan menderita. Jangan sekali-kali abaikan perasaan, dan kata hati. Jangan sekali-kali mengabaikan bahasa hati, karena jiwamu yang merasakannya. Biarlah yang menganggap remeh, biarlah yang habis kesabarannya melihat kondisimu, biarlah. Dia adalah penonton yang memang memiliki hak berkomentar dengan sikap dan kata-kata sesuka hatinya. Dan kau juga sungguh memiliki kuasa penuh atas hak jawab, bukan dengan mulutmu, kau hanya cukup tidak mengatakan apa-apa. Karena kau hanya perlu lebih menyatu dengan dirimu sendiri.

Saat bunga tidur jauh lebih indah dari kenyataan, rasanya aku sangat menginginkan kehadiranmu dalam tidurku untuk waktu yang sangat lama, biar waktuku tak terlalu lama menjalani kenyataan yang buruk. Saat kau dikecam sebagai seorang yang labil, saat kau dikecam sebagai seorang yang tidak seperti dulu lagi, saat kau dikecam sebagai seorang yang lemah, saat kau dikecam sebagai seorang yang tak becus menjadi tuan rumah diri sendiri, biarlah. Memang kukatakan kau tak mengalami apa yang ku rasakan, hanya saja kau lebih dulu berhasil melewati masa lalumu.

Kiranya aku tak berlebihan, menginginkan untuk penerimaan, kiranya bagiku itu naluri perasaan, ingin mendapatkan timbal balik yang sama-sama tulus, dengan tidak memaksakan. Tapi tidak dengan sudut pandang yang lain, nyatanya memang tak semua yang berdasar rasa pada akhirnya bersudut pandang sama. Tapi biarlah, kenyataan tidak akan mungkin begitu, yang nyatanya pikiranku selalu seindah suwarga. Cukupkan untuk ini, karena aku tersadar kala kubuka mata, kenyataan yang sama masih kujalani.

Aku salah dalam berharap, dan aku kurang tepat dalam menaruh harapan. Saat kuharap ada yang akan selalu ada saat-saat dimana hanya ingin didengar, saat kuharap akan ada yang selalu bisa sebagai tempatku bersandar keluh kesah, hei itu hanya ada pada kisah sekotak hitam, putih dan abu-abu jika kau tak mengungkapkannya, dan kembali teringat jika ini bukan magic. Apa yang aku lupakan, tak akan sama, dan apa yang selalu membuatku ingat pun tak akan sama. Hingga pada akhirnya aku tahu apa yang membuatku lupa denganMU dan apa yang membuatku terus mengingatMU.

Selama ini, perasaaku yang terlalu besar, hingga aku lupa tak selamanya yang kau cinta akan sama-sama mencinta seperti dirimu, hingga aku ingat kadar logika bisa saja membuat bosan padamu sewaktu-waktu, hingga aku tersadar saat prioritas bisa saja berubah sewaktu-waktu, sungguh rasional. Seharusnya kau juga begitu, saat ada yang tetap bisa bahagia walau tak dalam satu waktu denganmu, harusnya kau juga bisa bahagia dengan dirimu sendiri. Wahai perasaan seimbanglah, kau harus selalu bersyukur dengan apa yang telah DIA berikan untukmu sampai detik ini, tak usahlah berharap lebih pada yang lain, cukup pada dirimu dan DIA. Jika memang sama-sama satu rasa, kata tak lengkap tanpamu, kata suatu hari bersama, tak akan dijawab dengan kenyataan senyuman yang lagi-lagi tak sama. Juga ingatlah hai diri sendiri sering-seringlah merefleksi, karena tentu saja kesalahan ada padamu, suruh siapa kau lebih, suruh siapa kau tak seimbang, bisa-bisanya kau tak bahagia, itu suruh siapa?. Seharusnya kau tak timpang. Sekali lagi belajarlah bersyukur, jika saat ini masih terasa hampa, tak mengapa, nikmatilah, tuntunlah pelan-pelan, kenalkan kembali pada kehangatan, ingatkan kembali jiwamu tak serapuh itu. Air matamu bukan juga simbol lemahmu, mengapa ia tak habis, ia yang rela menemanimu, ia yang rela ada saat kau butuh kuat, ia yang akan terus hadir selama kau masih begini.

Walau tak semua tanya datang bersama jawab, dan tak semua harap terpenuhi, ketika bicara juga sesulit diam, utarakan utarakan utarakan.

Wahai bunga mimpi dalam tidurku, jangan terlalu lama bersemayam di kotak hitam putih dan abu-abu, singgahlah sejenak saja, aku tahu sesungguhnya kau adalah harapan terdalamku yang selama ini terpendam, mari merubah warna bersama menjadi pelangi, mari kita lukis bersama dalam penerimaan dan kenyataan, sesukamu tak terbatas, aku sangat merindukanmu.

Mei 23, 2017

First Time Alone with My Self

Semalam saya bersama diri saya sendiri menyempatkan menghibur diri dengan menonton sebuah film di EMPIRE XXI, film ini lagi booming banget dan jadi viral di kancah media sosial. Ya!!! ketertarikan saya menonton film ini pas pertama kali ditayangkann traillernya di Net Tv, lanjut saya kepo-in di youtube dan latar belakang ceritanya ini yang membuat saya semakin penasaran. Film ini bukan Fast and Furious, KARTINI, apalagi Critical Eleven .
Ziarah adalah film karya sineas muda anak bangsa yaitu B. W Purbanegara yang diproduksi di tahun 2016. Buat para penikmat film komersil agaknya ini kurang menarik hati. Namun buat para penikmat film-film karya anak bangsa yang tidak mempedulikan siapa aktornya, produksi PH mana, ataupun siapa sutradanya, film ini sangat layak buat kamu tonton.
Film ini sebelumnya pernah menjadi nomine FFI dan tayang di Festival Film Salamindanaw Asian Film Festival 2016 di Filipina. Dan kini telah ditayangkan perdana  di bioskop Indonesia tanggal 18 Mei 2017. Ziarah adalah sebuah film indie bergenre drama yang berlatar belakang tahun 1948 saat Agresi Militer Belanda 2, Yogayakarta diserang Belanda. Bagi saya film ini adalah sebuah representasi akan cinta, kesetiaan, keyakinan dan kehidupan.
Ya, Mbah Sri adalah sorotan utama disini, seorang istri dari veteran yang telah lama terpisah dengan suaminya. Semenjak itu ia menjada hingga usinya kini menginjak 90-an tahun. Puluhan tahun telah berlalu, suatu hari Mbah Sri bertemu dengan seorang veteran yang menceritakan napak tilas suaminya. Saat satu persatu teman seperjuangannya meninggal dunia kala itu dan dimakamkan bersanding dengan suaminya, Mbah Sri pun memimpikan hal itu terjadi juga padanya.
Berbekal informasi yang tak lengkap inilah ia berusaha mencari makam suaminya. Di usianya yang sudah 90-an, ia pantang menyerah demi memperjuangkan kerinduan hati terhadap suami tercintanya. Kala ilham datang setelah sholat subuh, di langit biru seolah ada yang berseru, memanggil hatinya untuk menemukan arah makam suaminya, Prawiro yang meninggal saat Agresi Militer Belanda 2 tahun 1948. Tubuhnya yang renta, tak kan menjadi alasannya untuk menyerah mencari arah. Dalam perjalanan pencarian makam suaminya, ia banyak dibingungkan dengan banyak informasi yang ia dapatkan. Sempat ia bertanya dan hampir saja hatinya lega karena Muktilaya yang disebut-sebut sebagai tempat peristirahatan terakhir suaminya, namun apa yang terjadi, seorang yang mengaku anak Ki Husodo sengaja memberikan informasi salah kepada Mbah Sri, raut muka kecewanya tak bisa ditutupi, ia sungguh kelelahan, namun tidak dengan jiwanya.
Keinginan hatinya hanya cukup satu, ingin dimakamkan tepat berada disamping makam suaminya nanti. Kita berasal dari tanah dan akan kembali tanah, tapi saat ia menemukan informasi bahwa makan para veteran sudah lenyap menyatu tenggelam bersama waduk, dalam benaknya berkata, jika tidak kembali ke tanah bolehkah, bagaimana jika kembali menyatu bersama air?.
Lalu, bertemulah ia dengan sesepuh yang dengan rela hati memberikan pencerahan melalui pusaka peninggalan Prawiro yang sejodoh masih disimpan oleh Mbah Sri. Disinilah keteguhan hati Mbah Sri diuji, dimana saat orang-orang simpang siur memberikan informasi, Mbah Sri kini mengikuti kata hatinya yang menunjukkan dimana makam suaminya berada. Dalam film ini kita tak hanya di ajak memutar mesin waktu puluhan tahun lalu, tapi kita diajak berimajinasi, membebaskan diri untuk memaknai adegan demi adegan cerita ini. Sungguh sajian yang menyejukkan imajinasi kita. Mbah Sri yang berhasil mengaduk-aduk perasaan, membuat batin berkaca-kaca, ketika ia harus menerima kenyataan dari hasil perjalanannya. Menemukan makam suaminya yang bertuliskan Pawiro Husodo tepat bersanding dengan makam Sutarmi Pawiro Husodo. Di akhiri pula dengan pembuatan sketsa rumah masa depan berukuran 2x1 yang dilakukan oleh anak Ki Husodo, dua petak sketsa berdampingan sudah direncanakan. Untuk Mbah Sri mungkin, atau untuk Mbah Sri dengan siapa?. Ya alur ceritanya sarat akan makna, kita akan diajak bebas berkelana dalam ruang imajinasi kita. Sebebas-bebasnya. Perjalanan hati, kehidupan, iman, dan keyakinan, yang sekaligus mengungkap tabir tragedi kala itu perjuangan bangsa ini.

Mei 22, 2017

Memahami Penolakan

Sesaat memori membawaku menapak tilas kebelakang, betapa menikmatinya hidup kala itu. Mungkin karena sudah terbiasa dengan jadwal yang teratur dan semua pekerjaan yang dilakukan sudah pasti akan mendapatkan evaluasi dan rasa penghargaan terhadap diri ini ada. Ya, diri ini tidak menginginkan pujian, tidak juga mengharap di elu-elu kan karena diri ini bukanlah siapa-siapa. Karena diri ini sudah terbiasa dengan saran, kritikan yang jelas harus untuk terus bisa membangun dengan hal-hal yang disukai. Ya, kala itu saat aktifitas terasa mengalir sejuk di sungai yang penuh alunan musik hati. Sehingga diri ini tetap berharga dan layak bahagia.
Tahun demi tahun terlewati dengan banyak momen-momen indah dan menantang. Saat dimana hampir setengah list yang dibuat berhasil tercentang dengan percaya diri. Untuk mencentang list itu pun tak semudah mengukir tanda cek list dengan pena. Tentunya dengan proses yang dijalani dengan penuh kesungguhan. Aku menseriusinya bukan berarti aku menatap fokus, aku menseriusinya dengan menikmati prosesnya, walau badai menghadang aku tetap senang, aku tetap bahagia menyelesaikan tugas.
Tibalah tahun dimana aku harus bangun dengan mata terbelalak. Dunia baru yang sebelumnya memang sudah aku bayangkan, tapi juga ada banyak kejutan-kejutan yang membuat hati ini khawatir, dan semakin harus menguatkan jiwa. Nyatanya jati diri ini masih kebingungan mencari jiwa yang sesungguhnya.
Penolakan satu persatu datang menghampiri kehidupanku baik via email, via pesan, via perkataan juga gesture juga lewat empat mata. Halus sekali rangkaian katanya namun menyakitkan. Kesempatan memang hanya datang satu kali, ya datang satu kali bagi orang yang sudah berhenti cukup sampai disini, tapi tidak dengan orang yang tahu bagimana caranya untuk bangkit melahirkan kesempatan-kesempatan yang lainnya terus ada.
Saya butuh waktu untuk menelan satu persatu pil pahit, saya butuh proses untuk bisa menerimanya. Saya juga butuh jiwa yang utuh untuk bisa bangkit dari ini. Saya juga butuh membuat harapan baru yang bisa untuk saya perjuangkan lagi. Mengapa ini terasa menyakitkan, karena saya berharap, mengapa saya kecewa karena saya menginginkannya tapi tidak dengan harapan saya.
Hingga akhirnya saya tersadar, cerita cerita saya membuat orang lain jenuh, membuat orang lain merasa saya berubah semakin buruk, membuat orang lain merasa bosan saat berbicara dengan saya, membuat orang lain tidak sepositif biasanya terhadap saya, membuat saya mendapatkan label baru, sebagai sang pengeluh.
Dari sini saya menjadi tahu, mana orang-orang yang benar tulus dengan saya mana orang-orang yang benar benar hanya bermodus saja saat kata dekat melekat. Juga saya menjadi tahu mana orang tetap tulus bertahan dan menrima saya saat hal-hal buruk menimpa saya. Dari sini saya sadar bahwa saya hanya harus lebih berempati lagi terhadap seseorang yang demikian itu. Posisinya yang kini memang normal, akan membuatnya memilah dan memilih dengan siapa dia akan berbicara dan apa yang ingin dibicarakan.
Penolakan-penolakan ini memang harus aku mamah pelan-pelan, aku telan dengan halus. Penolakan ini juga bukan karena saya tidak layak, melainkan mereka yang masih terus ingin mencari dengan yang sesuai, yang mereka inginkan dan butuhkan. Penolakan-penolakan pada kesempatan, orang dan keadaan bukanlah akhir dari harapan-harapan, juga bukan kegagalan yang kau dapat tanpa perjuangan. Penolakan-penolakan ini hadir dengan banyak tujuan, agar saya terus bisa menggali diri, mengasah diri, lebih peka terhadap semua hal, membangun jiwa yang kuat tanpa mengeluh, dan juga memanage diri untuk pandai mencurahkan pikiran dan hati dengan diri tanpa terus melibatkan orang lain yang belum tentu dengan kerelaan hati mau memahami dan mengerti masing-masing diri.

Begitu pula dengan saya, saya juga akan menolak terhadap hal, yang tidak sesuai dengan harapan, keinginan dan kebutuhan saya. Saya juga akan terus mencari, untuk mendapatkan yang sesuai dengan apa yang saya butuhkan. Dan dari sini aku belajar memahami sudut pandang penolakan, bahwa penolakan bukanlah hal yang membuat diri menjadi hancur, penolakan bukan hal hina, penolakan bukanlah tolak ukur kualitas diri, karena penolakan adalah hal yang wajar dan biasa saja. Dengan memahami penolakan, saya sungguh bersyukur, dan bisa memastikan saya dalam keadaan baik-baik saja.
Bungaa Tulip. Diberdayakan oleh Blogger.

About Me

Foto saya
Penikmat kata-kata || Mari berjalan bersama untuk banyak tujuan, menjelajahi masa-masa, kalau jatuh istirahatlah sebentar saja bangun lagi jalan, perlu juga kau injak injak kerikil biar tahu nikmatnya rasanya sehat| Temulawak pahit akan tetapi bikin sehat, begitulah kehidupan

Pengikut